Daftar Rekening Paypal klik disini

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Monday, February 28, 2011

Pengaruh Kemiringan Poros Bumi Terhadap Perubahan Musim

Dari bulan Oktober sampai Maret, wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa mengalami musim hujan dan bagian selatan musim kering, dan sebaliknya dari bulan April sampai September. (Garis khatulistiwa adalah garis khayal yang membagi Bumi sama bagian antara utara dan selatan. Garis khatulistiwa berbeda dengan garis edar Matahari.)

Daerah di sekitar khatulistiwa (23,5 LU – 23,5 LS) disebut daerah tropis, iklimnya disebut iklim tropis yaitu memiliki dua musim dengan kelembapan udara paling cocok untuk banyak jenis makhluk hidup. Wilayah yang jauh dari garis khatulistiwa memiliki musim lebih banyak.

Benua Eropa, Amerika Utara, dan Selatan, dan Australia misalnya memiliki empat musim, yakni panas (summer), gugur (autumn), dingin (winter), dan semi (spring). Ini menimbulkan pertanyaan, apa yang menyebabkan wilayah di Bumi pada waktu yang bersamaan memiliki musim berbeda tergantung lokasinya?

Banyak yang menduga bahwa musim-musim terjadi karena orbit Bumi mengelilingi Matahari yang berbentuk elips: saat posisi terjauh, maka Bumi dingin, dan sebaliknya. Contoh ekstremnya adalah planet Merkurius yang panas dan planet Pluto yang dingin. Atau kita akan merasakan hangat saat dekat dengan api unggun dan dingin saat jauh. Teori ini logis jika hanya menjelaskan hangat dan dingin, tapi tidak menjelaskan kenapa ada dua musim berbeda (misalnya bagian utara khatulistiwa musim dingin dan selatan musim panas) pada saat yang bersamaan?

Sebenarnya, jarak Bumi dan Matahari tidaklah menentukan musim di Bumi, karena perbedaannya jarak terjauh dan terdekat tidak signifikan. Perbandingannya seperti kita berdiri satu meter dari api unggun, kemudian menjauh sekira dua cm, tentu kita tidak bisa membedakan perbedaan panas yang kita rasakan.Ternyata kemiringan poros Bumi-lah yang membuat terjadinya pergantian musim.

Perhatikan juga kutub utara dan selatan Bumi. Walau Bumi sudah berotasi penuh (24 jam), kutub utara tidak akan menerima sinar Matahari sehingga selalu malam, sedangkan kutub selatan menerima sinar Matahari terus sehingga selalu siang. Kondisi ini akan berlaku sampai enam bulan, saat posisi Bumi di sebelah kanan Matahari (berdasarkan ilustrasi pada Gambar). Inilah penjelasan kenapa di kutub pergantian siang dan malam adalah sekali dalam enam bulan.

Ini juga menjelaskan bagaimana pada musim panas siang hari lebih lama daripada malam hari (atau sebaliknya pada musim dingin). Lebih detail lagi, pada tanggal 21 Juni bagian utara mengalami siang hari terpanjang (sebaliknya bagian selatan siang hari terpendek); 21 Maret dan 22 September Matahari tepat berada di garis khatulistiwa sehingga lama siang hari benar-benar sama dengan lama malam hari di semua wilayah Bumi; dan 21 Desember bagian utara mengalami siang hari terpendek (sebaliknya bagian selatan siang hari terpanjang). Keempat hari itu adalah terkait dengan empat musim yang ada di Bumi.

Source: http://ilmukuluas.blogspot.com/2009/11/mengapa-terjadi-perbedaan-musim.html


Pengaruh Kemiringan Poros Bumi Terhadap Perubahan Musim

Dari bulan Oktober sampai Maret, wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa mengalami musim hujan dan bagian selatan musim kering, dan sebaliknya dari bulan April sampai September. (Garis khatulistiwa adalah garis khayal yang membagi Bumi sama bagian antara utara dan selatan. Garis khatulistiwa berbeda dengan garis edar Matahari.)

Daerah di sekitar khatulistiwa (23,5 LU – 23,5 LS) disebut daerah tropis, iklimnya disebut iklim tropis yaitu memiliki dua musim dengan kelembapan udara paling cocok untuk banyak jenis makhluk hidup. Wilayah yang jauh dari garis khatulistiwa memiliki musim lebih banyak.

Benua Eropa, Amerika Utara, dan Selatan, dan Australia misalnya memiliki empat musim, yakni panas (summer), gugur (autumn), dingin (winter), dan semi (spring). Ini menimbulkan pertanyaan, apa yang menyebabkan wilayah di Bumi pada waktu yang bersamaan memiliki musim berbeda tergantung lokasinya?

Banyak yang menduga bahwa musim-musim terjadi karena orbit Bumi mengelilingi Matahari yang berbentuk elips: saat posisi terjauh, maka Bumi dingin, dan sebaliknya. Contoh ekstremnya adalah planet Merkurius yang panas dan planet Pluto yang dingin. Atau kita akan merasakan hangat saat dekat dengan api unggun dan dingin saat jauh. Teori ini logis jika hanya menjelaskan hangat dan dingin, tapi tidak menjelaskan kenapa ada dua musim berbeda (misalnya bagian utara khatulistiwa musim dingin dan selatan musim panas) pada saat yang bersamaan?

Sebenarnya, jarak Bumi dan Matahari tidaklah menentukan musim di Bumi, karena perbedaannya jarak terjauh dan terdekat tidak signifikan. Perbandingannya seperti kita berdiri satu meter dari api unggun, kemudian menjauh sekira dua cm, tentu kita tidak bisa membedakan perbedaan panas yang kita rasakan.Ternyata kemiringan poros Bumi-lah yang membuat terjadinya pergantian musim.

Perhatikan juga kutub utara dan selatan Bumi. Walau Bumi sudah berotasi penuh (24 jam), kutub utara tidak akan menerima sinar Matahari sehingga selalu malam, sedangkan kutub selatan menerima sinar Matahari terus sehingga selalu siang. Kondisi ini akan berlaku sampai enam bulan, saat posisi Bumi di sebelah kanan Matahari (berdasarkan ilustrasi pada Gambar). Inilah penjelasan kenapa di kutub pergantian siang dan malam adalah sekali dalam enam bulan.

Ini juga menjelaskan bagaimana pada musim panas siang hari lebih lama daripada malam hari (atau sebaliknya pada musim dingin). Lebih detail lagi, pada tanggal 21 Juni bagian utara mengalami siang hari terpanjang (sebaliknya bagian selatan siang hari terpendek); 21 Maret dan 22 September Matahari tepat berada di garis khatulistiwa sehingga lama siang hari benar-benar sama dengan lama malam hari di semua wilayah Bumi; dan 21 Desember bagian utara mengalami siang hari terpendek (sebaliknya bagian selatan siang hari terpanjang). Keempat hari itu adalah terkait dengan empat musim yang ada di Bumi.

Source: http://ilmukuluas.blogspot.com/2009/11/mengapa-terjadi-perbedaan-musim.html


Proses Terjadinya EMbun

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, embun diartikan titik-titik air yang jatuh dari udara (pada malam hari). Secara umum, embun adalah nama yang diberikan untuk bintik-bintik air yang sering dijumpai menempel pada daun-daunan, dan rumput.


Proses terjadinya embun


Embun terbentuk ketika udara yang berada di dekat permukaan tanah menjadi dingin mendekati titik dimana udara tidak dapat lagi menahan semua uap air. Kelebihan uap air itu kemudian berubah menjadi embun di atas benda-benda di dekat tanah. Sepanjang hari benda-benda menyerap panas dari matahari. Sedangkan di malam hari benda-benda kehilangan panas tersebut melalui suatu proses yang disebut radiasi termal.

Ketika benda-benda di dekat tanah menjadi dingin, suhu udara disekitarnya juga menjadi berkurang. Udara yang lebih dingin tidak dapat menahan uap air sebanyak udara yang lebih hangat. Jika suhu udara bertambah semakin dingin, maka akhirnya akan mencapai titik embun. Titik embun adalah suhu dimana udara masih sanggup menahan uap air sebanyak mungkin. Bila suhu udara semakin bertambah dingin, sebagian uap air akan mengembun di atas permukaan benda yang terdekat

Embun terbentuk dengan baik pada malam hari yang cerah dan tenang. Ketika angin bertiup, udara tidak cukup waktu untuk bersentuhan dengan benda-benda dingin, sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk menjadi dingin mendekati titik embun. Ketika langit berawan benda-benda menjadi dingin lebih lama karena awan memancarkan kembali panas ke bumi. Embun juga terbentuk dengan baik ketika kelembaban tinggi.

Embun menguap ketika matahari bersinar. Matahari memanaskan tanah dan kembali menghangatkan udara. Udara yang lebih hangat dapat menahan uap air lebih banyak, dan embun menguap ke dalam udara ini.

Embun beku

Biasanya embun terbentuk pada titik embun dan kemudian membeku, disebut embun beku atau embun putih. Embun beku terbentuk ketika titik embun berada dibawah titik beku, sehingga mengakibatkan uap air yang lebih langsung membeku di atas benda-benda di dekat tanah.

Embun beku adalah sebuah pola dari kristal-kristal es yang terbentuk dari uap air di atas rumput, daun, dan benda-benda lainnya yang berada di dekat tanah. Embun beku terbentuk terutama pada malam yang dingin dan tak berawan ketika suhu udara turun di bawah 0 C yakni suhu titik beku air.

Embun beku dan embun terbentuk dengan cara yang tidak jauh berbeda. Sepanjang hari permukaan bumi menyerap panas dari matahari, ketika matahari terbenam bumi mulai menjadi dingin. Turunnya suhu jauh lebih besar pada malam yang cerah dibandingkan dengan malam yang berawan, karena tidak ada awan yang memantulkan kembali panas yang dilepas oleh permukaan bumi.

Ketika proses pendinginan berlanjut, uap air di udara mengembun membentuk titik-titik embun pada benda-benda. Sebagian titik-titik embun ini membeku ketika suhu turun di bawah 0 C. Titik-titik embun yang membeku semakin bertambah ukurannya, menjadi kristal beku ketika titik-titik embun di sekelilingnya menguap dan mengumpulkan uap air di atas kristal. Pada saat suhu berada di bawah titik beku uap air kadangkala langsung berubah menjadi kristal es, tanpa harus berubah menjadi titik embun. Kristal-kristal beku muncul dalam dua macam bentuk, menyerupai piring dan pilar. Kristal yang menyerupai piring berbentuk rata dan menyerupai kristal salju. Kristal-kristal pilar berupa tiang es kosong berbentuk segi enam.

Kata beku juga bermakna suhu di bawah titik beku yang membahayakan tanaman. Pada suhu ini cairan yang berada di dalam sel-sel tanaman membeku dan mengembang, mengakibatkan pecahnya dinding-dinding sel.

Source: http://ilmukuluas.blogspot.com/2009/03/gimana-sih-embun-itu-terjadi.html


Proses Terjadinya EMbun

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, embun diartikan titik-titik air yang jatuh dari udara (pada malam hari). Secara umum, embun adalah nama yang diberikan untuk bintik-bintik air yang sering dijumpai menempel pada daun-daunan, dan rumput.


Proses terjadinya embun


Embun terbentuk ketika udara yang berada di dekat permukaan tanah menjadi dingin mendekati titik dimana udara tidak dapat lagi menahan semua uap air. Kelebihan uap air itu kemudian berubah menjadi embun di atas benda-benda di dekat tanah. Sepanjang hari benda-benda menyerap panas dari matahari. Sedangkan di malam hari benda-benda kehilangan panas tersebut melalui suatu proses yang disebut radiasi termal.

Ketika benda-benda di dekat tanah menjadi dingin, suhu udara disekitarnya juga menjadi berkurang. Udara yang lebih dingin tidak dapat menahan uap air sebanyak udara yang lebih hangat. Jika suhu udara bertambah semakin dingin, maka akhirnya akan mencapai titik embun. Titik embun adalah suhu dimana udara masih sanggup menahan uap air sebanyak mungkin. Bila suhu udara semakin bertambah dingin, sebagian uap air akan mengembun di atas permukaan benda yang terdekat

Embun terbentuk dengan baik pada malam hari yang cerah dan tenang. Ketika angin bertiup, udara tidak cukup waktu untuk bersentuhan dengan benda-benda dingin, sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk menjadi dingin mendekati titik embun. Ketika langit berawan benda-benda menjadi dingin lebih lama karena awan memancarkan kembali panas ke bumi. Embun juga terbentuk dengan baik ketika kelembaban tinggi.

Embun menguap ketika matahari bersinar. Matahari memanaskan tanah dan kembali menghangatkan udara. Udara yang lebih hangat dapat menahan uap air lebih banyak, dan embun menguap ke dalam udara ini.

Embun beku

Biasanya embun terbentuk pada titik embun dan kemudian membeku, disebut embun beku atau embun putih. Embun beku terbentuk ketika titik embun berada dibawah titik beku, sehingga mengakibatkan uap air yang lebih langsung membeku di atas benda-benda di dekat tanah.

Embun beku adalah sebuah pola dari kristal-kristal es yang terbentuk dari uap air di atas rumput, daun, dan benda-benda lainnya yang berada di dekat tanah. Embun beku terbentuk terutama pada malam yang dingin dan tak berawan ketika suhu udara turun di bawah 0 C yakni suhu titik beku air.

Embun beku dan embun terbentuk dengan cara yang tidak jauh berbeda. Sepanjang hari permukaan bumi menyerap panas dari matahari, ketika matahari terbenam bumi mulai menjadi dingin. Turunnya suhu jauh lebih besar pada malam yang cerah dibandingkan dengan malam yang berawan, karena tidak ada awan yang memantulkan kembali panas yang dilepas oleh permukaan bumi.

Ketika proses pendinginan berlanjut, uap air di udara mengembun membentuk titik-titik embun pada benda-benda. Sebagian titik-titik embun ini membeku ketika suhu turun di bawah 0 C. Titik-titik embun yang membeku semakin bertambah ukurannya, menjadi kristal beku ketika titik-titik embun di sekelilingnya menguap dan mengumpulkan uap air di atas kristal. Pada saat suhu berada di bawah titik beku uap air kadangkala langsung berubah menjadi kristal es, tanpa harus berubah menjadi titik embun. Kristal-kristal beku muncul dalam dua macam bentuk, menyerupai piring dan pilar. Kristal yang menyerupai piring berbentuk rata dan menyerupai kristal salju. Kristal-kristal pilar berupa tiang es kosong berbentuk segi enam.

Kata beku juga bermakna suhu di bawah titik beku yang membahayakan tanaman. Pada suhu ini cairan yang berada di dalam sel-sel tanaman membeku dan mengembang, mengakibatkan pecahnya dinding-dinding sel.

Source: http://ilmukuluas.blogspot.com/2009/03/gimana-sih-embun-itu-terjadi.html


Apakah Hitam Dan Putih Itu Adalah Warna?

Televisi hitam-putih tidak disebut tv berwarna, bukan? Masuk akal. Namun, ternyata pertanyaan di atas adalah salah satu isu yang paling diperdebatkan.

Kalau yang ditanya seorang ilmuwan, Anda akan mendapatkan jawaban fisika: "Hitam bukan warna, putih adalah warna." Bertanya kepada seniman, Anda akan mendapat jawaban lain: "Hitam adalah warna, sedangkan putih bukan". Waduh, mana yang betul?

Mari kita lihat dari beberapa perspektif. Pertama, kita mesti kembali pada pemahaman dasar tentang bagaimana warna tercipta. Ada dua contoh tentang bagaimana warna menjadi ada: benda nyata dan benda tidak nyata (dalam tv).




Warna benda nyata adalah hasil dari pigmen atau agen pewarna molekul. Sebagai contoh, warna muka perempuan di bawah ini adalah hasil warna molekul di permukaan kulitnya.

Juga, warna dari lukisan perempuan di bawah ini adalah hasil dari pigmen merah yang digunakan untuk membuat gambar.


Sementara itu, warna objek yang terlihat pada pesawat televisi atau monitor komputer adalah warna dari cahaya. Kalau belum tahu bedanya, coba lihat layar monitor atau televisi Anda dari dekat, sangat dekat. Bisa juga menggunakan kaca pembesar. Inilah yang kira-kira Anda lihat.


Warna yang ada di komputer atau televisi diciptakan oleh foton cahaya yang dikirim dalam sistem elektronik. Pernah tahu istilah monitor RGB? Kepanjangan dari RGB adalah Red-Green-Blue, itulah tiga warna primer aditif pembentuk yang ada di dalamnya.

Perlu juga dipahami soal warna primer pigmen, yaitu tiga warna yang tidak dapat dibuat dengan mencampurkan warna lain. Ketiga warna itu adalah merah, biru, dan kuning.


Setelah Anda paham soal dua kategori warna yang berbeda (pigmen dan cahaya) serta definisi warna primer, jawaban soal apakah hitam dan putih warna kini dapat dijawab.

Apakah warna hitam dan putih adalah warna ketika dihasilkan oleh cahaya?

Jawaban teori warna aditif:

1. Hitam adalah ketiadaan warna dan karena itu bukan warna. Ketika tak ada cahaya, semuanya hitam. Contohnya monitor komputer atau tv yang mati.

2. Putih adalah campuran dari semua warna dan karena itu dia warna. Cahaya secara umum tampak tidak berwarna atau putih. Sinar matahari adalah cahaya putih yang terdiri dari semua spektrum warna, yang baru tampak bila melewati prisma. Pelangi adalah buktinya.


http://wongcilongok.blogspot.com/2011/02/apakah-hitam-dan-putih-adalah-warna.html


Apakah Hitam Dan Putih Itu Adalah Warna?

Televisi hitam-putih tidak disebut tv berwarna, bukan? Masuk akal. Namun, ternyata pertanyaan di atas adalah salah satu isu yang paling diperdebatkan.

Kalau yang ditanya seorang ilmuwan, Anda akan mendapatkan jawaban fisika: "Hitam bukan warna, putih adalah warna." Bertanya kepada seniman, Anda akan mendapat jawaban lain: "Hitam adalah warna, sedangkan putih bukan". Waduh, mana yang betul?

Mari kita lihat dari beberapa perspektif. Pertama, kita mesti kembali pada pemahaman dasar tentang bagaimana warna tercipta. Ada dua contoh tentang bagaimana warna menjadi ada: benda nyata dan benda tidak nyata (dalam tv).




Warna benda nyata adalah hasil dari pigmen atau agen pewarna molekul. Sebagai contoh, warna muka perempuan di bawah ini adalah hasil warna molekul di permukaan kulitnya.

Juga, warna dari lukisan perempuan di bawah ini adalah hasil dari pigmen merah yang digunakan untuk membuat gambar.


Sementara itu, warna objek yang terlihat pada pesawat televisi atau monitor komputer adalah warna dari cahaya. Kalau belum tahu bedanya, coba lihat layar monitor atau televisi Anda dari dekat, sangat dekat. Bisa juga menggunakan kaca pembesar. Inilah yang kira-kira Anda lihat.


Warna yang ada di komputer atau televisi diciptakan oleh foton cahaya yang dikirim dalam sistem elektronik. Pernah tahu istilah monitor RGB? Kepanjangan dari RGB adalah Red-Green-Blue, itulah tiga warna primer aditif pembentuk yang ada di dalamnya.

Perlu juga dipahami soal warna primer pigmen, yaitu tiga warna yang tidak dapat dibuat dengan mencampurkan warna lain. Ketiga warna itu adalah merah, biru, dan kuning.


Setelah Anda paham soal dua kategori warna yang berbeda (pigmen dan cahaya) serta definisi warna primer, jawaban soal apakah hitam dan putih warna kini dapat dijawab.

Apakah warna hitam dan putih adalah warna ketika dihasilkan oleh cahaya?

Jawaban teori warna aditif:

1. Hitam adalah ketiadaan warna dan karena itu bukan warna. Ketika tak ada cahaya, semuanya hitam. Contohnya monitor komputer atau tv yang mati.

2. Putih adalah campuran dari semua warna dan karena itu dia warna. Cahaya secara umum tampak tidak berwarna atau putih. Sinar matahari adalah cahaya putih yang terdiri dari semua spektrum warna, yang baru tampak bila melewati prisma. Pelangi adalah buktinya.


http://wongcilongok.blogspot.com/2011/02/apakah-hitam-dan-putih-adalah-warna.html


Teori Kuantum

Berikut adalah terjemahan lepas dari artikel Quantum theory survives latest challenge dari situs Physics World.

Semenjak mekanika kuantum pertama kali diformulasikan, sejumlah fisikawan termasuk Albert Einstein tidak nyaman dengan ide entanglement (keter-belit-an) – yaitu sejumlah partikel yang memiliki sebuah hubungan yang tidak diizinkan oleh fisika klasik. Akibatnya, sejumlah fisikawan telah mengusulkan teori-teori alternatif yang mengizinkan hubungan tersebut hadir tanpa membutuhkan mekanika kuantum. Sungguh sulit untuk menguji teori-teori ini, namun sejumlah peneliti di Inggris Raya telah menggunakan cahaya yang terpuntir untuk membuat sebuah pengukuran penting yang menunjukkan kebenaran teori kuantum.

Apa itu keterbelitan kuantum? Akan saya jelaskan pada artikel berikutnya, tapi jika Anda tidak sabar, sila buka buku “Introduction to Quantum Mechanics” Griffiths (edisi kedua, 2005) Bab 1 halaman 4 (kualitatif) dan Bab 10 (kuantitatif).


http://www.fisikanet.lipi.go.id/gambar/1294441534.jpg


Teori kuantum terasa asing dalam kehidupan kita sehari-hari karena teori ini bertentangan dengan ide kita tentang realisme – ekspektasi bahwa benda memiliki sifat-sifat yang dimilikinya terlepas apakah kita sedang melihatnya atau tidak. Teori kuantum juga mengizinkan sebuah sistem untuk merespons sebuah peristiwa yang terjadi sangat jauh dari lokasi sistem tersebut – ini menentang prinsip lokalitas, yang tidak mengizinkan komunikasi terjadi lebih cepat daripada kecepatan cahaya.

Keganjilan-keganjilan ini dinyatakan secara matematis oleh fisikawan John Bell dengan “ketidaksamaan”-nya yang terkenal itu. Bell menunjukkan bahwa kita dapat melakukan kombinasi pengukuran tertentu pada sepasang partikel identik yang menghasilkan ketidaksamaan yang cocok dengan ide realisme dan prinsip lokalitas. Bell juga menunjukkan bahwa ketidaksamaan ini dilanggar oleh prediksi fisika kuantum untuk pasangan partikel terbelit.

Pada eksperimen Bell dua pengamat terpisah dapat mengukur polarisasi partikel-partikel terbelit pada arah yang berbeda dan menghitung korelasi antara partikel-partikel tersebut. Ini telah dilakukan oleh pada tahun 1970-an oleh Stuart Freedman dan John Clauser dan pada tahun 1980-an oleh Alain Aspect. Kedua eksperimen ini menggunakan foton terbelit untuk membenarkan teori kuantum.

Mengorbankan lokalitas demi realisme

Fisika secara umum telah menerima bahwa dunia kuantum menertawakan “realisme lokal”, tapi pada tahun 2003, Anthony Legget dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign (Amerika Serikat) mencoba untuk memulihkan realisme dengan cara mengorbankan lokalitas. Jika dua sistem dapat mengatur korelasi di antara mereka melalui komunikasi instan (saat itu juga), maka ada kemungkinan mereka memiliki sifat-sifat yang definit (tertentu). Skenario real tapi non-lokal Legget ini sesuai dengan prediksi Bell, tapi apakah benar realitas dapat mendeskripsikan dunia kuantum?

Empat tahun kemudian, fisikawan di Austria, Swiss dan Singapur menjawab dengan data. Alih-alih mengukur keadaan polarisasi linear untuk melanggar ketidaksamaan Bell, mereka mencari korelasi antara polarisasi eliptik – yaitu keadaan kombinasi linear dan kombinasi sirkular. Mereka bahkan mengasumsikan meskipun foton-foton terbelit dapat saling merespons secara instan, korelasi antara keadaan polarisasi masih melanggar ketidaksamaan Leggett. Kesimpulan bahwa komunikasi instan tidak cukup untuk menjelaskan ide entanglement dan realisme juga harus ditinggalkan.

Kesimpulan ini sekarang didukung oleh Sonja Franke-Arnold dan koleganya dari Universitas Glasgod dan Universitas Strathclude. Eksperimen mereka menunjukkan bahwa foton-foton terbelit memiliki korelasi lebih kuat daripada yang diizinkan untuk partikel-partikel dengan sifat-sifat telah terdefinisikan secara individu – bahkan meskipun partikel-partikel tersebut boleh berkomunikasi secara instan. Tapi mereka tidak mengamati polarisasi foton, melainkan memilih untuk mengamati sifat-sifat dari setiap momentum angular orbital foton.

Cahaya terpuntir

Momentum angular orbital foton dapat dipahami dengan cara membayangkan bahwa gelombang berpuntir di sekitar sumbu aksis sinar. Puntiran itu dapat digambar sebagai sebuah ulir pembuka tutup botol, sebuah heliks-ganda atau heliks yang lebih rumit dengan momentum angular terus bertambah. Franke-Arnlod dan timnya menggunakan pola heliks-ganda.

Jackquie Romero, mahasiswa di Universitas Glasgow, melakukan eksperimen dengan cara menebakkan laster ultraviolet pada sebuah kristal optik yang dirancang untuk memisahkan foton energi tinggi menjadi pasangan-pasangan foton infrared terbelit. Foton-foton ini kemudian masuk pada hologram-hologram yang dikontrol oleh computer. Hologram ini menyaring foton-foton pada keadaan momentum angular orbital yang saling komplementer. Foton yang melewati hologram dihitung oleh detektor foton.

Korelasi antara dua foton terbelit, satu dengan momentum angular orbital searah jarum jam dan yang lainnya berlawanan arah jarum jam, telah diprediksi oleh Bell, Legget dan juga teori kuantum. “Kami sengaja tidak meluruskan hologram-hologram ini dari keadaan komplementer dan mengukur korelasi yang dihasilkan,” kata Franke-Arnold. Detektor yang menangkap pasangan foton terbelit sesuai dengan teori Legget. Hasil pengamatan mereka sesuai dengan prediksi kuantum.

Kesimpulan filosofis

“Dampak utama dari eksperimen ini benar-benar sebuah kesimpulan filosofis,” ujar Franke-Arnold. Partikel-partikel terbelit tidak dapat dideskripsikan sebagai individu, meskipun mereka memiliki sebuah koneksi telepatik dengan pasangannya.

Simon Gröblacher dari Universitas Vienna menegaskan bahwa eksperimen-eksperimen ini mencoret ide realisme hanya untuk skala besar teori nonlokal – sisanya tidak dideskripsikan oleh ketidaksamaan Leggett. Tim Gröblacher pertama kali membuktikan pelanggaran ketidaksamaan Legget dengan eksperimen polarisasi foton, dan dia mengatakan bahwa sungguh baik mengetahui pelanggaran ini diverifikasi oleh sifat lain dari foton (yaitu momentum angular orbital). “Eksperimen mereka terlihat sederhana,” tambahnya, mengetahui bahwa momentum angular orbital dapat dipakai untuk menguji superposisi lebih dari dua keadaan.


http://diary.febdian.net/


Teori Kuantum

Berikut adalah terjemahan lepas dari artikel Quantum theory survives latest challenge dari situs Physics World.

Semenjak mekanika kuantum pertama kali diformulasikan, sejumlah fisikawan termasuk Albert Einstein tidak nyaman dengan ide entanglement (keter-belit-an) – yaitu sejumlah partikel yang memiliki sebuah hubungan yang tidak diizinkan oleh fisika klasik. Akibatnya, sejumlah fisikawan telah mengusulkan teori-teori alternatif yang mengizinkan hubungan tersebut hadir tanpa membutuhkan mekanika kuantum. Sungguh sulit untuk menguji teori-teori ini, namun sejumlah peneliti di Inggris Raya telah menggunakan cahaya yang terpuntir untuk membuat sebuah pengukuran penting yang menunjukkan kebenaran teori kuantum.

Apa itu keterbelitan kuantum? Akan saya jelaskan pada artikel berikutnya, tapi jika Anda tidak sabar, sila buka buku “Introduction to Quantum Mechanics” Griffiths (edisi kedua, 2005) Bab 1 halaman 4 (kualitatif) dan Bab 10 (kuantitatif).


http://www.fisikanet.lipi.go.id/gambar/1294441534.jpg


Teori kuantum terasa asing dalam kehidupan kita sehari-hari karena teori ini bertentangan dengan ide kita tentang realisme – ekspektasi bahwa benda memiliki sifat-sifat yang dimilikinya terlepas apakah kita sedang melihatnya atau tidak. Teori kuantum juga mengizinkan sebuah sistem untuk merespons sebuah peristiwa yang terjadi sangat jauh dari lokasi sistem tersebut – ini menentang prinsip lokalitas, yang tidak mengizinkan komunikasi terjadi lebih cepat daripada kecepatan cahaya.

Keganjilan-keganjilan ini dinyatakan secara matematis oleh fisikawan John Bell dengan “ketidaksamaan”-nya yang terkenal itu. Bell menunjukkan bahwa kita dapat melakukan kombinasi pengukuran tertentu pada sepasang partikel identik yang menghasilkan ketidaksamaan yang cocok dengan ide realisme dan prinsip lokalitas. Bell juga menunjukkan bahwa ketidaksamaan ini dilanggar oleh prediksi fisika kuantum untuk pasangan partikel terbelit.

Pada eksperimen Bell dua pengamat terpisah dapat mengukur polarisasi partikel-partikel terbelit pada arah yang berbeda dan menghitung korelasi antara partikel-partikel tersebut. Ini telah dilakukan oleh pada tahun 1970-an oleh Stuart Freedman dan John Clauser dan pada tahun 1980-an oleh Alain Aspect. Kedua eksperimen ini menggunakan foton terbelit untuk membenarkan teori kuantum.

Mengorbankan lokalitas demi realisme

Fisika secara umum telah menerima bahwa dunia kuantum menertawakan “realisme lokal”, tapi pada tahun 2003, Anthony Legget dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign (Amerika Serikat) mencoba untuk memulihkan realisme dengan cara mengorbankan lokalitas. Jika dua sistem dapat mengatur korelasi di antara mereka melalui komunikasi instan (saat itu juga), maka ada kemungkinan mereka memiliki sifat-sifat yang definit (tertentu). Skenario real tapi non-lokal Legget ini sesuai dengan prediksi Bell, tapi apakah benar realitas dapat mendeskripsikan dunia kuantum?

Empat tahun kemudian, fisikawan di Austria, Swiss dan Singapur menjawab dengan data. Alih-alih mengukur keadaan polarisasi linear untuk melanggar ketidaksamaan Bell, mereka mencari korelasi antara polarisasi eliptik – yaitu keadaan kombinasi linear dan kombinasi sirkular. Mereka bahkan mengasumsikan meskipun foton-foton terbelit dapat saling merespons secara instan, korelasi antara keadaan polarisasi masih melanggar ketidaksamaan Leggett. Kesimpulan bahwa komunikasi instan tidak cukup untuk menjelaskan ide entanglement dan realisme juga harus ditinggalkan.

Kesimpulan ini sekarang didukung oleh Sonja Franke-Arnold dan koleganya dari Universitas Glasgod dan Universitas Strathclude. Eksperimen mereka menunjukkan bahwa foton-foton terbelit memiliki korelasi lebih kuat daripada yang diizinkan untuk partikel-partikel dengan sifat-sifat telah terdefinisikan secara individu – bahkan meskipun partikel-partikel tersebut boleh berkomunikasi secara instan. Tapi mereka tidak mengamati polarisasi foton, melainkan memilih untuk mengamati sifat-sifat dari setiap momentum angular orbital foton.

Cahaya terpuntir

Momentum angular orbital foton dapat dipahami dengan cara membayangkan bahwa gelombang berpuntir di sekitar sumbu aksis sinar. Puntiran itu dapat digambar sebagai sebuah ulir pembuka tutup botol, sebuah heliks-ganda atau heliks yang lebih rumit dengan momentum angular terus bertambah. Franke-Arnlod dan timnya menggunakan pola heliks-ganda.

Jackquie Romero, mahasiswa di Universitas Glasgow, melakukan eksperimen dengan cara menebakkan laster ultraviolet pada sebuah kristal optik yang dirancang untuk memisahkan foton energi tinggi menjadi pasangan-pasangan foton infrared terbelit. Foton-foton ini kemudian masuk pada hologram-hologram yang dikontrol oleh computer. Hologram ini menyaring foton-foton pada keadaan momentum angular orbital yang saling komplementer. Foton yang melewati hologram dihitung oleh detektor foton.

Korelasi antara dua foton terbelit, satu dengan momentum angular orbital searah jarum jam dan yang lainnya berlawanan arah jarum jam, telah diprediksi oleh Bell, Legget dan juga teori kuantum. “Kami sengaja tidak meluruskan hologram-hologram ini dari keadaan komplementer dan mengukur korelasi yang dihasilkan,” kata Franke-Arnold. Detektor yang menangkap pasangan foton terbelit sesuai dengan teori Legget. Hasil pengamatan mereka sesuai dengan prediksi kuantum.

Kesimpulan filosofis

“Dampak utama dari eksperimen ini benar-benar sebuah kesimpulan filosofis,” ujar Franke-Arnold. Partikel-partikel terbelit tidak dapat dideskripsikan sebagai individu, meskipun mereka memiliki sebuah koneksi telepatik dengan pasangannya.

Simon Gröblacher dari Universitas Vienna menegaskan bahwa eksperimen-eksperimen ini mencoret ide realisme hanya untuk skala besar teori nonlokal – sisanya tidak dideskripsikan oleh ketidaksamaan Leggett. Tim Gröblacher pertama kali membuktikan pelanggaran ketidaksamaan Legget dengan eksperimen polarisasi foton, dan dia mengatakan bahwa sungguh baik mengetahui pelanggaran ini diverifikasi oleh sifat lain dari foton (yaitu momentum angular orbital). “Eksperimen mereka terlihat sederhana,” tambahnya, mengetahui bahwa momentum angular orbital dapat dipakai untuk menguji superposisi lebih dari dua keadaan.


http://diary.febdian.net/


Fiber Optik Baru Terbuat dari Zinc Selenide

Sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh profesor kimia asal Penn State University, John Badding, mengembangkan fiber optik yang dibuat dari inti zinc selenide.

Zinc selenide (seng selenide) merupakan senyawa bercahaya warna kuning yang dapat digunakan sebagai semikonduktor. Senyawa ini dianggap sebagai serat optik teknologi baru yang memungkinkan manipulasi cahaya yang lebih efektif dan liberal. Penemuan ini merupakan langkah yang menjanjikan untuk memiliki teknologi radar-laser yang serba guna.

Teknologi ini nantinya bisa diterapkan untuk pengembangan laser bedah dan medis, pengukuran target laser yang lebih baik untuk dunia militer, dan pengukuran supersensor di laser yang biasa digunakan untuk mengukur polusi dan mendeteksi penyebaran bahan kimia bioteroris.

Fiber optik


"Hampir menjadi hal yang klise untuk mengatakan bahwa serat optik adalah landasan era informasi modern," kata Badding. "Serat panjang tipis yang berukuran tiga kali lipat rambut manusia ini dapat mengirimkan lebih dari satu terabyte informasi per detik, atau setara dengan 250 DVD. Namun tetap saja selalu ada cara untuk memperbaiki teknologi yang ada," ujar Badding yang juga menjelaskan bahwa serat optik-teknologi selalu dibatasi oleh penggunaan inti kaca.

"Kaca memiliki susunan serampangan dari atom," kata Badding.

"Sebaliknya, suatu zat kristal seperti selenide seng sangat mampu mendominasi. Dominasi itu memungkinkan cahaya dihantarkan melalui gelombang yang lebih panjang, khususnya yang berada di pertengahan inframerah," papar Badding.

Tidak seperti kaca silika, yang secara tradisional digunakan dalam serat optik, selenide seng adalah semikonduktor majemuk.

"Kami sudah mengetahui sejak lama bahwa selenide seng merupakan senyawa yang mampu memanipulasi cahaya dengan cara tidak bisa dilakukan oleh kaca silika," kata Badding.

"Kuncinya adalah untuk mendapatkan senyawa menjadi struktur serat, sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya,"

Para ilmuwan menemukan bahwa serat optik yang terbuat dari seng selenide bisa berguna dalam dua cara. Pertama, mereka mengamati bahwa serat baru ini lebih efisien dalam mengubah cahaya, dari satu warna ke warna lain. "Ketika serat optik tradisional digunakan untuk penanda, layar, dan seni, itu tidak selalu mungkin untuk mendapatkan warna yang Anda inginkan," jelas Badding.

"Selenide Seng, menggunakan proses yang disebut konversi frekuensi nonlinier, lebih mampu mengubah warna," tambahnya.

Kedua, seiring dengan temuan yang dilakukan Badding dan timnya, mereka menemukan bahwa kelas serat baru yang disediakan lebih cakap, tidak hanya di spektrum yang terlihat tapi juga dalam spektrum infrared, radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih besar ketimbang cahaya yang tampak.

"Pemanfaatan panjang gelombang ini menarik karena merupakan langkah menuju membuat serat yang dapat berfungsi sebagai laser inframerah," jelas Badding.

Misalnya, lanjut Badding, pihak militer saat ini menggunakan teknologi radar laser yang dapat menangani inframerah jarak dekat, atau berjarak 2 hingga 2.5-mikron. Sedangkan sebuah perangkat lain mampu menangani jarak inframerah yang lebih jauh, atau lebih dari 5-mikron dengan lebih akurat.

"Nah, serat fiber terbaru ini dapat mengirimkan panjang gelombang sampai 15 mikron," ujar Badding.

Badding juga menjelaskan bahwa deteksi polutan dan racun lingkungan bisa dijadikan sebagai fokus penerapan teknologi radar laser yang lebih baik dan mampu berinteraksi dengan cahaya dari panjang gelombang lebih besar.

"Molekul berbeda mampu menyerap cahaya dari panjang gelombang yang berbeda, misalnya, menyerap air, atau berhenti, cahaya pada panjang gelombang 2.6 mikron," kata Badding.

"Tapi molekul polutan tertentu atau zat beracun lainnya dapat menyerap cahaya dari panjang gelombang dengan waktu lebih lama. Jika kita bisa menghantarkan lebih dari panjang gelombang cahaya yang ada melalui atmosfer, maka kita dapat melihat apa zat di luar sana jauh lebih jelas."

Selain itu, Badding menyebutkan bahwa seng selenide serat optik juga dapat membuka jalan baru untuk penelitian yang dapat meningkatkan teknik bedah laser bantuan di dunia kedokteran, seperti operasi mata korektif.

Source: http://techno.okezone.com/read/2011/02/27/56/429320/fiber-optik-baru-terbuat-dari-zinc-selenide


Fiber Optik Baru Terbuat dari Zinc Selenide

Sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh profesor kimia asal Penn State University, John Badding, mengembangkan fiber optik yang dibuat dari inti zinc selenide.

Zinc selenide (seng selenide) merupakan senyawa bercahaya warna kuning yang dapat digunakan sebagai semikonduktor. Senyawa ini dianggap sebagai serat optik teknologi baru yang memungkinkan manipulasi cahaya yang lebih efektif dan liberal. Penemuan ini merupakan langkah yang menjanjikan untuk memiliki teknologi radar-laser yang serba guna.

Teknologi ini nantinya bisa diterapkan untuk pengembangan laser bedah dan medis, pengukuran target laser yang lebih baik untuk dunia militer, dan pengukuran supersensor di laser yang biasa digunakan untuk mengukur polusi dan mendeteksi penyebaran bahan kimia bioteroris.

Fiber optik


"Hampir menjadi hal yang klise untuk mengatakan bahwa serat optik adalah landasan era informasi modern," kata Badding. "Serat panjang tipis yang berukuran tiga kali lipat rambut manusia ini dapat mengirimkan lebih dari satu terabyte informasi per detik, atau setara dengan 250 DVD. Namun tetap saja selalu ada cara untuk memperbaiki teknologi yang ada," ujar Badding yang juga menjelaskan bahwa serat optik-teknologi selalu dibatasi oleh penggunaan inti kaca.

"Kaca memiliki susunan serampangan dari atom," kata Badding.

"Sebaliknya, suatu zat kristal seperti selenide seng sangat mampu mendominasi. Dominasi itu memungkinkan cahaya dihantarkan melalui gelombang yang lebih panjang, khususnya yang berada di pertengahan inframerah," papar Badding.

Tidak seperti kaca silika, yang secara tradisional digunakan dalam serat optik, selenide seng adalah semikonduktor majemuk.

"Kami sudah mengetahui sejak lama bahwa selenide seng merupakan senyawa yang mampu memanipulasi cahaya dengan cara tidak bisa dilakukan oleh kaca silika," kata Badding.

"Kuncinya adalah untuk mendapatkan senyawa menjadi struktur serat, sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya,"

Para ilmuwan menemukan bahwa serat optik yang terbuat dari seng selenide bisa berguna dalam dua cara. Pertama, mereka mengamati bahwa serat baru ini lebih efisien dalam mengubah cahaya, dari satu warna ke warna lain. "Ketika serat optik tradisional digunakan untuk penanda, layar, dan seni, itu tidak selalu mungkin untuk mendapatkan warna yang Anda inginkan," jelas Badding.

"Selenide Seng, menggunakan proses yang disebut konversi frekuensi nonlinier, lebih mampu mengubah warna," tambahnya.

Kedua, seiring dengan temuan yang dilakukan Badding dan timnya, mereka menemukan bahwa kelas serat baru yang disediakan lebih cakap, tidak hanya di spektrum yang terlihat tapi juga dalam spektrum infrared, radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih besar ketimbang cahaya yang tampak.

"Pemanfaatan panjang gelombang ini menarik karena merupakan langkah menuju membuat serat yang dapat berfungsi sebagai laser inframerah," jelas Badding.

Misalnya, lanjut Badding, pihak militer saat ini menggunakan teknologi radar laser yang dapat menangani inframerah jarak dekat, atau berjarak 2 hingga 2.5-mikron. Sedangkan sebuah perangkat lain mampu menangani jarak inframerah yang lebih jauh, atau lebih dari 5-mikron dengan lebih akurat.

"Nah, serat fiber terbaru ini dapat mengirimkan panjang gelombang sampai 15 mikron," ujar Badding.

Badding juga menjelaskan bahwa deteksi polutan dan racun lingkungan bisa dijadikan sebagai fokus penerapan teknologi radar laser yang lebih baik dan mampu berinteraksi dengan cahaya dari panjang gelombang lebih besar.

"Molekul berbeda mampu menyerap cahaya dari panjang gelombang yang berbeda, misalnya, menyerap air, atau berhenti, cahaya pada panjang gelombang 2.6 mikron," kata Badding.

"Tapi molekul polutan tertentu atau zat beracun lainnya dapat menyerap cahaya dari panjang gelombang dengan waktu lebih lama. Jika kita bisa menghantarkan lebih dari panjang gelombang cahaya yang ada melalui atmosfer, maka kita dapat melihat apa zat di luar sana jauh lebih jelas."

Selain itu, Badding menyebutkan bahwa seng selenide serat optik juga dapat membuka jalan baru untuk penelitian yang dapat meningkatkan teknik bedah laser bantuan di dunia kedokteran, seperti operasi mata korektif.

Source: http://techno.okezone.com/read/2011/02/27/56/429320/fiber-optik-baru-terbuat-dari-zinc-selenide


10 Danau Paling Berbahaya dan Mematikan di Dunia

Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya danau dapat dipakai sebagai sarana rekreasi, dan olahraga.

Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih atas. Sebuah danau periglasial adalah danau yang di salah satunya terbentuk lapisan es, "ice cap" atau gletser, es ini menutupi aliran air yang keluar danau.

Istilah danau juga digunakan untuk menggambarkan fenomena seperti Danau Eyre, di mana danau ini kering di banyak waktu dan hanya terisi pada saat musim hujan.

Banyak danau adalah buatan dan sengaja dibangun untuk penyediaan tenaga listrik-hidro, rekreasi (berenang, selancar angin, dll), persediaan air, dll.

Namun ada juga beberapa danau di dunia ini yang dianggap berbahaya untuk dijadikan tempat rekreasi, bahkan disebut-sebut juga sebagai danau yang mematikan.

1. Lake Nyos, Cameroon

Danau Nyos adalah salah satu dari tiga danau di bumi dimana gas CO2 terdapat di dalam air dan mengubahnya menjadi asam karbonat yang merupakan sebuah senyawa kimia yang mematikan.



Pada tahun 1986 (seperti dijelaskan di atas), ketika danau ini meledak karena senyawa kimia yang terkandung di dalam air tersebut bereaksi karena sudah terkumpul dengan padat.


Diibaratkan seperti gas CO2 yang terperangkap di air, seperti gabus dalam botol sampanye yang akan meledak keluar dengan cepat ketika tekanan dalam botol sudah cukup tinggi.

Dimana pada saat itu, ribuan penduduk desa kehilangan nyawa mereka serta ribuan hewan ternak.



2. Yellowstone Lake, USA

Pada tahun 2003, para Ahli telah memetakan Danau Yellowstone yang merupakan, sebuah wilayah gunung berapi yang sangat aktif.


Di sana mereka menemukan sebuah kubah seluas 100 kaki di Mary's Bay, ada bahaya nyata dari apa yang dikenal sebagai ledakan hidrotermal.


Sejauh ini, bukti dari 25 ledakan telah terjadi pada 25.000 tahun terakhir, tetapi bila terjadi lagi maka, 100.000 galon air mendidih akan meledak dan menyebabkan gelombang pasang dan berpotensi mematikan.


3. Horseshoe Lake, California, USA
Danau Horseshoe, dekat kota Mammoth Lakes, California, adalah silent killer. Danau ini sangat indah tetapi juga sangat mematikan.


Hal ini dikarenakan kandungan CO2 yang terkandung di dalam air danau mencapai 95% lebih besar daripada kandungan lingkungan sekitar sehingga, jika ada api di sekitar tepian danau maka akan terjadi ledakan yang cukup dashyat.


Pada tahun 2006, ada 3 orang yang membuat api unggun di di tepian danau menjadi korban karena ledakan yang terjadi akibat pemicu api tersebut.


4. Lake Mono, California, USA

Danau Mono adalah sebuah danau yang menakjubkan, sebuah danau yang sehat hingga tahun 1940-an di Los Angeles karena perubahan sistem pengairan maka kondisi danau berubah.


Menurut PBS, "salah satu danau tertua di Amerika Utara itu, dalam waktu yang sangat singkat, menjadi sebuah danau alkali beracun yang mengandung klorida, karbonat dan sulfat."


Yang mana untuk kurun waktu 20 tahun, danau tersebut tidak dapat untuk digunakan karena dalam tahap netraliasasi.


5. Mount Rainier Crater Lake, Washington, USA

Di puncak gunung terdapat sebuah kawah besar yang selalu tertutup es dan salju. Danau hanya dapat dicapai melalui gua-gua bawah tanah.


Hanya 70 mil dari Seattle, gas vulkanik yang terdapat di danau tersbeut merupakan ancaman bagi 100.000 orang.


Karena air di danau itu menciptakan asam sulfat sehingga jika dikombinasi dengan gas vulkanik yang ada disekitar puncak gunung maka akan sangat berbahaya.


6. Lake Kivu, Rwanda

Danau Kivu adalah danau yang dapat meledak seperti Danau Nyos, dimana danau Kivu memliki luas 2000 kilometer persegi lebih besar dari Nyos dan sangat dekat dengan gunung api aktif.


Gas kimia di sini adalah campuran metana dan karbon dioksida. Menurut Wikimedia,
Ilmuwan berhipotesis bahwa apabila vulkanik interaksi dengan air di dasar danau yang memiliki konsentrasi gas yang tinggi, maka akan memanaskan air.


Gaya metana keluar dari air, percikan ledakan metan, yang mana jika terjadi maka semua isi dari danau akan terbang keluar akibat ledakan besar yang terjadi ini.


7. Lake Monoun, Cameroon

Danau Moboun juga memiliki tiga unsur penting yang dibutuhkan untuk mengumpulkan CO2 dalam jumlah mematikan.


Untuk melakukannya, pertama danau ini harus minimal memiliki kedalaman 160 meter. Kedua, harus berada di garis khatulistiwa sehingga gas tidak akan hilang secara alami di musim dingin. Ketiga, harus terletak di wilayah gunung berapi.


Danau Moboun hanya 60 mil jauhnya dari Danau Nyos. Dua tahun sebelum bencana yang lebih besar di Nyos pada tahun 1986, di danau ini 37 orang tewas akibat ledakan CO2.


8. Boiling Lake, Dominica


Boiling Lake di Dominika diisi dengan gelembung air super panas yang diselimuti awan yang panas antara 180 dan 197 derajat Fahrenheit di tepian danau.


Dimana ini merupakan kolam penampng air hujan yang telah berlangsung dari sejak jaman dahulu, sehingga tekumpul menjdi sebuah danau yang sangat panas.


9. Lake Rakshastal, Tibet

Danau Rakshasta dan Danau Manasarovarl di Tibet, adalah sebuah danau air asin. Tidak ada tanaman atau ikan bertahan hidup dalam air ini dan penduduk setempat menganggapnya beracun.


Bahkan, mitos adalah bahwa di danau tersebut merupakan rumah dari raja setan berkepala 10, Lanka!


Dalam ajaran Buddha, Danau Manasarovar berbentuk seperti matahari dan mewakili kecerahan, sementara Danau Rakshastal, berbentuk seperti sebuah sabit, merupakan kegelapan.

Hal ini tentu telah membawa kegelapan apa pun yang mencoba untuk hidup di dalamnya.


10. Lake Karachay

Danau Karachay dikenal sebagai tempat paling tercemar di bumi, keindahan yang menakjubkannya menyembunyikan fakta bahwa tempat itu seringkali dijadikan tempat pembuangan fasilitas limbah nuklir di Rusia.


Memiliki radiasi yang cukup di dalamnya untuk membunuh seorang manusia dalam satu jam.


Pada tahun 1968, pada saat mengalami kekeringan, debu dari danau itu dan sekitarnya yang mengandung radiasi, pernah menginfeksi satu juta orang dan 7.000 warga yang tinggal di daerah itu harus direlokasi.


Source: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7202420,
http://www.apakabardunia.com/2011/02/inilah-danau-danau-paling-mematikan-di.html


10 Danau Paling Berbahaya dan Mematikan di Dunia

Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya danau dapat dipakai sebagai sarana rekreasi, dan olahraga.

Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih atas. Sebuah danau periglasial adalah danau yang di salah satunya terbentuk lapisan es, "ice cap" atau gletser, es ini menutupi aliran air yang keluar danau.

Istilah danau juga digunakan untuk menggambarkan fenomena seperti Danau Eyre, di mana danau ini kering di banyak waktu dan hanya terisi pada saat musim hujan.

Banyak danau adalah buatan dan sengaja dibangun untuk penyediaan tenaga listrik-hidro, rekreasi (berenang, selancar angin, dll), persediaan air, dll.

Namun ada juga beberapa danau di dunia ini yang dianggap berbahaya untuk dijadikan tempat rekreasi, bahkan disebut-sebut juga sebagai danau yang mematikan.

1. Lake Nyos, Cameroon

Danau Nyos adalah salah satu dari tiga danau di bumi dimana gas CO2 terdapat di dalam air dan mengubahnya menjadi asam karbonat yang merupakan sebuah senyawa kimia yang mematikan.



Pada tahun 1986 (seperti dijelaskan di atas), ketika danau ini meledak karena senyawa kimia yang terkandung di dalam air tersebut bereaksi karena sudah terkumpul dengan padat.


Diibaratkan seperti gas CO2 yang terperangkap di air, seperti gabus dalam botol sampanye yang akan meledak keluar dengan cepat ketika tekanan dalam botol sudah cukup tinggi.

Dimana pada saat itu, ribuan penduduk desa kehilangan nyawa mereka serta ribuan hewan ternak.



2. Yellowstone Lake, USA

Pada tahun 2003, para Ahli telah memetakan Danau Yellowstone yang merupakan, sebuah wilayah gunung berapi yang sangat aktif.


Di sana mereka menemukan sebuah kubah seluas 100 kaki di Mary's Bay, ada bahaya nyata dari apa yang dikenal sebagai ledakan hidrotermal.


Sejauh ini, bukti dari 25 ledakan telah terjadi pada 25.000 tahun terakhir, tetapi bila terjadi lagi maka, 100.000 galon air mendidih akan meledak dan menyebabkan gelombang pasang dan berpotensi mematikan.


3. Horseshoe Lake, California, USA
Danau Horseshoe, dekat kota Mammoth Lakes, California, adalah silent killer. Danau ini sangat indah tetapi juga sangat mematikan.


Hal ini dikarenakan kandungan CO2 yang terkandung di dalam air danau mencapai 95% lebih besar daripada kandungan lingkungan sekitar sehingga, jika ada api di sekitar tepian danau maka akan terjadi ledakan yang cukup dashyat.


Pada tahun 2006, ada 3 orang yang membuat api unggun di di tepian danau menjadi korban karena ledakan yang terjadi akibat pemicu api tersebut.


4. Lake Mono, California, USA

Danau Mono adalah sebuah danau yang menakjubkan, sebuah danau yang sehat hingga tahun 1940-an di Los Angeles karena perubahan sistem pengairan maka kondisi danau berubah.


Menurut PBS, "salah satu danau tertua di Amerika Utara itu, dalam waktu yang sangat singkat, menjadi sebuah danau alkali beracun yang mengandung klorida, karbonat dan sulfat."


Yang mana untuk kurun waktu 20 tahun, danau tersebut tidak dapat untuk digunakan karena dalam tahap netraliasasi.


5. Mount Rainier Crater Lake, Washington, USA

Di puncak gunung terdapat sebuah kawah besar yang selalu tertutup es dan salju. Danau hanya dapat dicapai melalui gua-gua bawah tanah.


Hanya 70 mil dari Seattle, gas vulkanik yang terdapat di danau tersbeut merupakan ancaman bagi 100.000 orang.


Karena air di danau itu menciptakan asam sulfat sehingga jika dikombinasi dengan gas vulkanik yang ada disekitar puncak gunung maka akan sangat berbahaya.


6. Lake Kivu, Rwanda

Danau Kivu adalah danau yang dapat meledak seperti Danau Nyos, dimana danau Kivu memliki luas 2000 kilometer persegi lebih besar dari Nyos dan sangat dekat dengan gunung api aktif.


Gas kimia di sini adalah campuran metana dan karbon dioksida. Menurut Wikimedia,
Ilmuwan berhipotesis bahwa apabila vulkanik interaksi dengan air di dasar danau yang memiliki konsentrasi gas yang tinggi, maka akan memanaskan air.


Gaya metana keluar dari air, percikan ledakan metan, yang mana jika terjadi maka semua isi dari danau akan terbang keluar akibat ledakan besar yang terjadi ini.


7. Lake Monoun, Cameroon

Danau Moboun juga memiliki tiga unsur penting yang dibutuhkan untuk mengumpulkan CO2 dalam jumlah mematikan.


Untuk melakukannya, pertama danau ini harus minimal memiliki kedalaman 160 meter. Kedua, harus berada di garis khatulistiwa sehingga gas tidak akan hilang secara alami di musim dingin. Ketiga, harus terletak di wilayah gunung berapi.


Danau Moboun hanya 60 mil jauhnya dari Danau Nyos. Dua tahun sebelum bencana yang lebih besar di Nyos pada tahun 1986, di danau ini 37 orang tewas akibat ledakan CO2.


8. Boiling Lake, Dominica


Boiling Lake di Dominika diisi dengan gelembung air super panas yang diselimuti awan yang panas antara 180 dan 197 derajat Fahrenheit di tepian danau.


Dimana ini merupakan kolam penampng air hujan yang telah berlangsung dari sejak jaman dahulu, sehingga tekumpul menjdi sebuah danau yang sangat panas.


9. Lake Rakshastal, Tibet

Danau Rakshasta dan Danau Manasarovarl di Tibet, adalah sebuah danau air asin. Tidak ada tanaman atau ikan bertahan hidup dalam air ini dan penduduk setempat menganggapnya beracun.


Bahkan, mitos adalah bahwa di danau tersebut merupakan rumah dari raja setan berkepala 10, Lanka!


Dalam ajaran Buddha, Danau Manasarovar berbentuk seperti matahari dan mewakili kecerahan, sementara Danau Rakshastal, berbentuk seperti sebuah sabit, merupakan kegelapan.

Hal ini tentu telah membawa kegelapan apa pun yang mencoba untuk hidup di dalamnya.


10. Lake Karachay

Danau Karachay dikenal sebagai tempat paling tercemar di bumi, keindahan yang menakjubkannya menyembunyikan fakta bahwa tempat itu seringkali dijadikan tempat pembuangan fasilitas limbah nuklir di Rusia.


Memiliki radiasi yang cukup di dalamnya untuk membunuh seorang manusia dalam satu jam.


Pada tahun 1968, pada saat mengalami kekeringan, debu dari danau itu dan sekitarnya yang mengandung radiasi, pernah menginfeksi satu juta orang dan 7.000 warga yang tinggal di daerah itu harus direlokasi.


Source: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7202420,
http://www.apakabardunia.com/2011/02/inilah-danau-danau-paling-mematikan-di.html


Mungkin Anda mencari

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Label

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons